Skip to main content

Life was never easy

terlahir disebuah keluarga yg sederhana membuat ku merasa selalu merasa kekurangan. hidup ku selalu berada dalam posisi pas-pasan. aku selalu membandingkan hidup ku dengan orang lain. terkadang aku merasa sangat lemah dengan melihat keadaan disekitar. terkadang aku berusaha untuk menguatkan diri dengan berkata "mereka bisa kenapa aku tidak?" namun dibanding kekuatan yg ku punya aku lebih berada pada posisi yg sangat lemah. dimana aku merasa aku tak bisa hidup selayaknya orang normal. aku harus lebih berusaha jika aku ingin berada diposisi yg sama dengan mereka. masih mengeluh dengan keadaan ku yg pas-pasan, aku akhirnya kehilangan keluarga kecilku dalam waktu bersamaan. mereka pergi meninggalkan ku untuk selamanya. kecelakaan itu telah merengut kedua orang tua ku dan kakakku. kini aku yg hanya seorang gadis biasa ini harus bertahan hidup dan menjaga diri ku dengan sebaik-baiknya. tak bisa menjalankan hidup ini sendiri, maka aku menyerah dan mencari keluarga atau panti asuhan yg mau menampung ku. hingga aku menemukan sebuah panti asuhan disebuah pedesaan. panti asuhan yg tidak terlalu besar namun memiliki kebun yg asri. udara sejuk yg ada disekitarnya membuat ku merasa jauh lebih baik. didalam panti asuhan ini tidak terlalu banyak anak. sedangkan anak seumuran ku tak ada disana. yg ada hanya anak anak kecil, paling besar adalah SMP bisa dikatakan umur yg paling besar itu 13 tahunan. aku adalah anak yg paling besar yg ada disana. umur ku kini hampir 22 tahun waktu aku masuk. pada panti asuhan ini selain anak anak itu disekolahkan, kami diajarkan banyak keterampilan. sang pengurus berkata semua keterampilan yg diajarkan kepada kami itu sangat berguna ketika kami tak ada di panti atau bisa dikatakan kami hidup sendiri. setelah beberapa tahun berada disana akhirnya suatu hari sang pengurus bertanya kepadaku "apakah kau tak mau memiliki keluarga? atau tak inginkah kau bekerja dan mulai mencari kehidupanmu?" seketika aku terdiam dan tak sanggup menjawab. sang pengurus yg sudah tua itu melanjutkan pembicaraannya "aku bukan ingin mengusir mu atau mencampakkan mu keluar. tapi aku ingin kau mulai mencari kehidupan mu. tidakkah kau merasa sendiri disini? selain itu kami tak mungkin ada selamanya untuk mu. anak anak yg lain akan diangkat keluarga lain. sedangkan aku akan diangkat keatas karna umur ku yg sudah mulai menua. mulailah memikirkan tentang hidupmu anakku. kau sudah cukup besar untuk memikirkannya." setelah sang pengurus mengatakan itu kepadaku, seketika air mata ku keluar dengan derasnya. aku berusaha menahan air mata itu tapi tak bisa. sang pengurus hanya bisa memelukku dengan erat dan menepuk nepuk punggung dengan pelan. setelah kejadian itu aku pun mulai memikirkan apa yg telah dikatakan sang pengurus itu. beberapa bulan setelah aku memikirkannya. akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kota dan mencari kehidupan pribadi ku. sang pengurus menguatkan ku walau dengan sedih dia melepaskan ku untuk pergi ke kota. bermodalkan ijazah SMA ku dan keahlian ku dalam melukis dan memasak yg ku dapatkan dari panti, aku pun memberanikan diri pergi kekota. aku mulai mencari - cari pekerjaan dikota. pekerjaan yg kudapat pertama adalah sebagai pelayan disebuah restaurant yg khusus menjual bubur. bekerja dengan keras dan mendapatkan gaji yg lumayan aku mulai mencari tempat tinggal. awalnya aku meminta ijin kepada pemilik restaurant agar aku boleh tinggal sementara di restaurant sampai aku mendapatkan gaji. akhirnya aku menemukan sebuah tempat tinggal sederhana cukup besar untuk ku. aku mendapatkannya dengan harga murah dikarenakan kamar itu sangat tidak terurus dan berada diatap. perlahan aku membersihkan kamar itu. butuh waktu yg lama agar aku bisa nyaman tinggal disana, apalagi aku harus bekerja setiap hari direstaurant. tiap bulan aku mulai menabung untuk membeli peralatan melukis. aku bertujuan untuk mulai melukis dan menjual hasil lukisan ku itu. aku juga bertujuan menjadi pelukis jalanan. akhirnya setelah beberapa bulan aku mulai melukis dan menjual lukisan ku. awalnya aku tak terlalu berharap karna aku melakukan itu agar aku tidak terlalu stress dengan kegiatan direstaurant. namun tak disangka banyak yg menyukai lukisan ku itu dan membelinya. aku mulai mengurangi jam kerja ku direstaurant itu dan menjadi pelukis jalanan. hari demi hari aku lalui sebagai pelayan restaurant dan pelukis jalanan. setiap bulan aku mengirimkan surat tentang kehidupan ku kepada pengurus panti. hingga setelah beberapa tahun aku berada dikota, tiba - tiba aku mendapatkan surat yg mengatakan sang pengurus panti telah meninggal dan semua anak anak panti dipindahkan keluar kota untuk dicarikan panti asuhan lain. seketika aku membaca surat itu aku hanya bisa terdiam dan terduduk lemas. surat itu aku dapatkan dari salah satu penduduk desa yg ada disana yg dulu sering aku bantu untuk membajak sawah. seketika aku tak mengerti kenapa aku masih hidup, seketika aku ingin mati saja karena semua orang yg ku cinta telah meninggal dunia. namun walau begitu aku mulai menguatkan diri ku untuk tetap hidup karena aku selalu ingat segala nasehat sang pengurus untukku agar aku tetap berjuang dalam hidup. aku terus melukis dan menjadi pelayan restaurant. hingga aku menemukan seseorang yg sangat menyukai lukisan ku. dan mengajakku untuk bekerja dengan dia sebagai pelukis. dia adalah seorang bapak - bapak yg tak pernah ku lihat. dia memberi ku kartu nama agar aku menghubungi dia jika aku ingin bekerja dengan dia. aku menghubungi sang bapak dan menjelaskan tentang hidup ku agar dia mengerti berapa uang yg ku butuhkan agar aku bisa hidup. dia hanya tersenyum dan mengiyakan semua yg ku katakan. walau aku tak percaya tapi aku menerimanya karna aku bekerja sebagai pelukis. dan ketika aku menemui sang bapak untuk kedua kalinya dia membawa ku ketempat dimana aku harus bekerja. aku dibawa kesebuah gedung mewah dimana terdapat 10 lantai pada bangunan itu. dan aku ditempatkan pada lantai 5. ditempat aku akan bekerja banyak sekali peralatan melukis dan beberapa wanita dan pria muda seumuran ku yg sedang melukis. sekejap mereka berhenti bekerja dan sang bapak mulai memperkenalkan ku dengan mereka. dengan senyuman yg ramah mereka menyambutku. ruangan itu sangat asing dan aku merasa sangat canggung berada disana. jujur saja aku jarang menemukan orang yg ramah. direstaurant aku bekerja mereka semuanya kasar. yah mereka seperti karna menganggap ku hanya seorang pelayan. berbeda jauh dengan disini. aku pun mulai melukis tanpa perduli dengan keadaan sekitar. mereka mulai mengobrol satu dengan yg lain tapi aku tak memperdulikan dan terus melukis. hingga jam makan pun tiba. mereka mengajakku untuk beristirahat dan makan bersama namun aku tak mau karna aku merasa canggung dan aku tak punya uang yg cukup jika aku makan berada dilingkungan itu. hanya tinggal seorang pria ditempat itu. dan aku pun mulai bertanya dalam hati kenapa dia tidak pergi? namun aku tak meneruskan rasa penasaran ku dan terus melukis. hari demi hari aku lalui ditempat itu. akhirnya aku mulai bercengkrama dengan orang - orang disana. hanya 1 orang saja yg tak pernah mengobrol dengan ku. yaps dia pria yg tidak pernah berbicara banyak yg jarang sekali beristirahat. akhirnya aku mendapatkan gaji pertama ku. aku sangat terkejut dengan gaji yg kudapatkan. aku bertanya kepada sang bapak kenapa gaji ku sangat banyak. dia hanya tersenyum dan berkata "itu adalah hasil dari karya mu. dan itu pantas kau dapatkan. pergunakan dengan benar." aku tersenyum dan berterimakasih dengannya. tak pernah aku sesenang ini selama aku hidup dikota. aku pulang dengan penuh senyuman. semenjak itu aku mulai membenahi kamar yg ku sewa. dan membeli beberapa peralatan dapur agar aku bisa memasak. akhirnya aku mendapatkan kehidupan dimana banyak orang melaluinya. kehidupan normal yg selalu kudambakan tidak berlimpah tapi cukup untuk membuat ku tak merengut lagi. aku sering membantu sang ibu yg memiliki kamar yg ku sewa. suatu saat ketika aku pulang dari tempat kerja yg kebetulan itu adalah hari pertama aku bekerja hingga larut malam. ketika aku dalam perjalanan pulang tak sengaja aku melihat beberapa preman sedang memukuli seorang pria. aku tak berani menghampiri. akhirnya aku memutuskan menunggu sampai preman itu berhenti. dan setelah beberapa lama akhirnya sang preman pergi meninggal kan sang pria yg telah babak belur itu. ketika aku hampiri ternyata sang pria itu adalah salah satu orang yg bekerja dimana aku bekerja. yaps dia adalah pria pendiam yg tak pernah berbicara dengan ku. tanpa pikir panjang aku menolongnya dan membawanya ketempat ku. membersihkan mukanya dan mengobatinya. dia tak banyak bicara, dia hanya bisa meringis hingga akhirnya tertidur. ketika pagi menjelang sang pria pun terbangun dengan rasa sakit. dia hanya bisa melihat ku dengan lemah. aku langsung memberikan dia makan dan obat penghilang rasa sakit. dia tetap diam dengan keadaannya seperti itu. Tak beberapa lama kemudian, dia memutuskan untuk pergi dan mengucapkan terimakasih dengan muka yg sangat dingin. Satu minggu berlalu dan dia tak pernah masuk kerja. Yg ku dengar dia meminta ijin tidak masuk selama 2 minggu dikarenakan ada masalah keluarga. Seperti biasanya kami melanjutkan pekerjaan kami sebagai pelukis tanpa keberadaan dia. 2 minggu pun berlalu dia datang tetap dengan wajah dinginnya. Namun kali ini dia sangat berbeda. Mata sinisnya semakin tajam. Kami hanya bisa berkata dalam hati kalau dia memiliki masalah yang sangat berat sehingga kami pun tak mengajak dia untuk berbicara karna takut mengganggunya. Bekerja seperti biasa dan akhirnya tiba waktunya untuk makan siang. Ketika aku hendak berjalan tiba tiba dia mencengkram tangan ku dengan sangat kuat. Lalu menarik ku ke atap gedung. Beberapa menit dia menatap ku dengan tajam lalu berkata “ apakah kau mengatakan kepada orang lain tentang kejadian itu?” dengan gemetar aku menjawab “ tidak sama sekali.” Yaps dia sangat berbeda. Aku tak berani menatap matanya. Tapi, tiba – tiba dia tersungkur didepan ku dan terduduk lemas. Aku terkejut dan langsung bertanya “ ada apa denganmu?” dengan tenaga seadanya dia hanya bisa menjawab “kadang kita tak berpikir panjang dalam mendapatkan apa yg kita inginkan. Inilah akhirnya yg ku inginkan ku dapat namun aku harus kehilangan orang tua ku.” Aku terdiam dan hanya bisa melihatnya mulai meneteskan air mata. Ternyata dia ingin hidup sendiri dan menghilang dari keluarga. Sayangnya dia menggunakan jasa rentenir untuk membeli rumah. Yah seperti yg kita tau tak ada yg baik jika kita meminjam uang dari rentenir. Singkat cerita sang rentenir menagih hutangnya kepada kedua orang tua dia karna terkejut ayahnya meninggal karna serangan jantung. Sedangkan ibunya meninggal karna perlakuan kasar dari sang rentenir terhadap ibunya. Setelah dia menceritakan itu semua dia berhenti menangis dan menunjukkan rasa dendamnya dengan wajahnya. Ntah kenapa tiba tiba aku memeluknya dengan erat dan berkata “kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Tenangkan pikiranmu. Kita akan balas mereka dengan cara yg lebih pintar. Jika kau berusaha membunuh mereka kemungkinan kau juga bisa terbunuh. Berpikirlah tenang.” Setelah jam kerja selesai aku pun berangkat menuju rumah ku. Dikamar aku hanya bisa terduduk. Dalam hati aku bertanya apalagi ini? Kenapa semua mudah sekali pergi begitu saja. Kenapa banyak orang berubah dengan cara-cara yg aneh. Kenapa semua orang melakukan apa saja demi hidup yg layak menurut cara pandangnya. Sambil bertanya tanya dalam hati aku pun mulai berpikir. Bahwa segala sesuatu yg kita inginkan bisa mudah kita dapat bisa juga susah kita dapat. Namun segala sesuatu yg kita lakukan memiliki resikonya masing-masing. Kita harus memikirkan setiap resiko itu. Siapkah kita menerima resiko itu? Sanggupkah kita menjalaninya? Semua harus kita pikirkan dengan matang mulai dari hal sepele sampai hal yg penting. Jika kau ingin berhenti berpikir itulah saat dimana engkau mati. 

Comments

Popular posts from this blog

Cinta bertepuk sebelah tangan

     Cinta betepuk sebelah tangan, aku rasa banyak orang pernah merasakan hal ini. Termasuk diriku ini. Mencintai seorang pria dengan akhirnya aku mengetahui kalau dia tidak mencintai aku. Di sebuah cafe aku menemuinya. Berawal dari sebuah band yang aku kenal. Tiba - tiba dia ada di band itu. Aku pun bertanya kenapa ada orang baru didalam band itu. Ternyata dia hanya sebagai pengganti untuk beberapa bulan kedepan. Walau waktunya tidak terlalu lama tapi cukup membuat berbekas. Walau baru pertama kali aku bertemu aku memang seorang yang ramah dan senang mengenal orang baru. Tak pernah terpikirkan oleh ku kalau aku akan menyukai dia. Awal pertama kenal kami langsung membicarakn banyak hal. Ya tentang agama karna dia seorang yang aktivis agama bahkan lebih dari itu. Kami saling berbagi pengetahuan tentang agama dengan dia. Kala itu aku benar - benar senang bisa berkenalan dengan dia sebagai teman. Hingga suatu hari aku mengenalkan dia dengan teman ku. Aku sungguh kaget ketik...

why??

kenapa adalah kata yg kadang mudah untuk dikeluarkan dan kadang susah untuk dikatakan. ketika kata ini susah dikatakan disaat kita sedang kebingungan. 1. kenapa aku masih hidup? 2. kenapa dia masih hidup? 3. kenapa aku harus ada untuknya? 4. kenapa aku harus menurutinya? ketika kata ini mudah dikatakan disaat kita menjalani rutinitas kita dengan santainya. 1. kenapa kau harus memikirkannya? 2. kenapa kau semua buat susah? 3. kenapa kau tidak memilih yg lebih mudah? 4. kenapa harus model seperti itu? bagaimana denganmu?